Kepergian Nenek

Aku tidak menyangka setahun sudah, kami kehilangan nenek. aku biasanya memanggil beliau nenek haji. nek, saat ini nadya sedang tidak ada di samarinda. nadya berada jauh sekali dari yang lain. nadya harap nenek siap sedia menjaga nadya disini.

saat ini, aku sedang merampungkan studi S2 di Undip, aku meneruskan studi yang sejalur (linier) dengan pendidikanku sebelumnya. sekarang tepatnya menuju sembilan bulan aku merantau, banyak suka-dukanya. cukup cuitan-cuitan di twitter menjadi saksi bisu perjalananku ini hehe.

di sini, aku mau banyak cerita tentang semangatku melanjutkan sekolah, walaupun aku diterpa banyak kisah sedih sebelumnya.

bulan Januari tepatnya adalah bulan-bulan setelah aku menerima pengumuman bahwa aku tidak lulus LPDP (seleksi beasiswa), yaudah berbesar hati aja mungkin lanjut S2 bukan saat ini. but, nenek aku kasih banyak support, soalnya selama aku sedih beliau selalu memergoki aku mengumpat atau terlihat merenung.

btw, setelah kakek (kai) nggak ada, aku masih jadi partner bobo nenek. hingga tercetus semangat yang sampai saat ini masih ku bawa di lubuk hatiku yang terdalam. nenek pernah bilang, kalau mereka menyukai orang yang pintar dan mampu mandiri mengatur diri, selama ini aku dianggap anak kecil bagi mereka. hingga tibalah saatnya aku untuk pergi merantau menimba ilmu, begitu pikir nenek.

beliau mengiming-imingi untuk menemaniku merantau dengan tinggal bareng. but God, Tuhan Yang Maha Esa punya cerita lain. 
nenek berangkat Umroh bersama tante dan beberapa kerabat lainnya, kami bahkan sempat video call sehari sebelum kepergian beliau.

aku teramat sangat sedih jika mengingat ini semua. kenapa? karena kehilangan tak ada yang menyenangkan. kehilangan akan selalu menyedihkan. hingga saat ini aku takut hal-hal tersebut akan terulang.

tepat di akhir Januari 2017, nenek pergi untuk selama-lamanya.
hilang sudah impianku mencari sekolah, aku murung dan mengeluh kesedihanku hampir disemua platform sosial media milikku. 
aku sangat menyesali, karena nenek tidak mendapat kabar baik mengenai studiku hingga dia pergi. hal ini sama ketika kakek menunggu kelulusanku, namun Ia harus pergi terlebih dahulu sebelum melihatku memakai toga.
tapi begitulah hidup, kita akan terus bisa berencana namun yang akan terjadi maka terjadilah.

nenek yang menemani hari-hariku menuju pendadaran (seminar hasil) skripsi di S1 ku, waktu itu bulan puasa lihatlah betapa desperatenya aku menunggu saat-saat itu. nenek melihatku menangis, nenek pula yang membangunkanku, nenek yang menyuruhku sholat sebelum berkutat dengan laptop dan printer. kamarnya rela dipenuhi kertas-kertas penuh dengan bab-bab yang di revisi, map biru khas Fisipol, hingga pakaian (jas hitam) yang ku gantung di belakang pintu (tempat dimana gamis kai biasanya ditaruh, ataupun baju muslim nenek berjejer rapi).

semuanya berlalu begitu cepat saudara-saudari, saat ini sudah April 2018. waktu benar-benar berjalan begitu cepat, aku terkejut.

semoga aku bertahan dengan kuat. ya Allah, bantu aku, jaga kedua orang tuaku beserta keluarga dan sahabat-sahabatku.
aku merindukan mereka semua, aku benar-benar terbantu dengan perkembangan teknologi, setidaknya LDRku terbantu oleh Video Call.

sampai jumpa hingga waktu yang ditentukan, jangan kendor semangatku, please, aku mau segera mengakhiri masa-masa ini, dan menghadapi masa depan yang lebih menantang lagi, aku percaya itu. 

tak ada perjuangan yang mulus begitu saja, hidup selalu penuh kerikil, jangan jadikan momen ini sebagai batu loncatan. belajarlah yang banyak selagi jauh. karena disaat seperti inilah kau merasakan rindu yang tak tertahankan. 

SEMANGAT, M.I.Kom (soon to be) Aamiin!

Comments

Popular Posts